16.1.10

KEBERAGAMAN KEBERADAAN


Oleh : Pnt. Argopandoyo

Menerima orang yang tdk menerima keberadaan kita, merupakan sepenggal pengajaran hidup yang penuh hikmat, dari sederetan panjang pengajaran lainnya. Dan kalimat "menerima orang yang tidak menerima keberadan kita" adalah juga ajaran yg bagi saya sbg bahasa yg tdk bs dimengerti oleh manusia. Namun saat terlantun dalam bentuk bahasa, pengertiannya, sangat tdk berbeda dgn hidup yang menghargai perbedaan. Yah, perbedaan dari kepelbagaian yang sering kita jumpa
Hanya saja, bagaimana kita bersama menginsyafi segala sesuatu itu sebagai keunikan yang berbeda sebagai kasih karunia Illahi yang sangat berharga. Adanya perbedaan itu sesungguhnya justeru menempatkan kita, semua manusia memiliki arti khusus yang jelas bagi kita semua dan Tuhan sang pencipta.
Keberagaman yang kita rasakan dan kita tatap, tidak akan membuat kita menjadi lebih kecil dan juga tidak membuat kita menjadi lebih besar. Selama ini, tidak sedikit yang merasa menjadi lebih kecil lantaran memiliki kecenderungan merasa terasingi. Sementara itu juga ada yang merasa lebih besar cenderung merasa lebih terbebani hidupnya. Keberagaman yang diberikan Sang Illahi bisa saja satu bagian dari elemen-elemen filterisasi kelayakan manusia untuk membawanama TUHAN Yang Maha Esa. Oleh karena itu, siapapun kita, siapapun mereka, apapun agama kita, apapun suku kita, atau apapun golongan kita, hendaknya hal tersebut tidak akan menjadi sebagai penghambatan bagi kita, agar dapat meletakan kemuliaan Sang Pencipta dan Penguasa Jagad Raya ditengah-tengah kepelbagaian, yang kita miliki bersama. Dan perbedaan di Indonesia, tampaknya memang diciptakan Sang Maha Esa sebagai modal bangsa ini untuk bersatu.

Kalau kita satu jenis dan tidak berbeda, berarti kita memang satu. Namun kalau kita berbeda, itu artinya kita memiliki modal untuk bersatu. dari sini jelaslah bahwa, perbedaan itu berarti terdiri dari berbagai macam. Dan yang berbagai macam itu, memang membutuhkan persatuan. Karena sadar ada perbedaan, akhirnya kita memerlukan persamaan. Yaitu persamaan berfikir bahwa hidup ini adalah milik bersama, dan tempat ini adalah milik bersama. Karena itu sempurnakanlah kesukaan kita dengan cara sehati sepikir, dalam satu cinta, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Dan sebaliknya kita bersama-sama dengan rendah hati, seorang menganggap yang lain lebih utama daripada kepentingan kita sendiri. Itu artinya, kita tidak hanya mementingkan kepentingan kita tapi kepentingan orang lain. Dan tentunya, menghargai orang lain ataupun mendahulukan kepentingan orang lain harus memiliki dampak nyata bagi setiap orang. Dan dampak itu adalah bukan untuk membuat orang lain memuji keberadaan kita, namun lebih dari itu adalah untuk membuat orang lain memuji keberadaan Sang Khalik.

Keberagaman dari banyak hal dalam kehidupan ini, keberagaman adalah ciptaan TUHAN, yang tidak pantas bila dipergunakan sebagai pemicu pertikaian. Namun keberagaman ini adalah pekerjaan rumah bagi tiap insan untuk dapat digunakan sebagai modal mendamaikan. Lagi-lagi kebersamaan dalam kesamaan adalah perkerjaan yang dapat dilakukan oleh setiap orang dengan mudah. Oleh sebab itu, bila setiap orang yang berasal dari keberagaman bisa memiliki kekompakan dalam pemikiran, juga memiliki rasa saling memiliki antar sesama, bahkan memiliki persamaan dalam tujuan hidup ini, tentunya hal tersebut harus disadari sebagai hal yang spektakuler.

Akhirnya, refleksi ini mengingatkan kita bahwa, menghadirkan kemuliaan Tuhan, tidak memperkenankan adanya kepentingan diri sendiri. Atau menyatakan kehebatan dan kekuasaan Tuhan bukan sebatas ucapan, namun tindakan yang jauh dari puji-pujian yang sia-sia. Krena memang banyak orang yang jalannya seolah-olah lurus, tapi ternyata untuk kepentingan pribadi. Bukan hanya politisi, pebisnis, atau pejabat. Pemimpin dan pemuka-pemuka Agama pun juga sering melakukan hal-hal yang mementingkan diri sendiri. Sebagai bangsa Indonesia, sehati sepikir, dalam satu cinta, jiwa, dan tujuan, merupakan ciri kesiapan kita sebagai bangsa yang diutus ketengah-tengah dunia. Kesadaran yang demikian bisa kita ukur sebagai kesiapan kita dalam menghadirkan damai sejahtera Tuhan melalui bangsa Indonesia di atas bumi ini.

Dan seperti dalam kehidupan bermasyarakat sebagai bangsa negeri ini, dengan rendah hati dan menganggap yang lain lebih utama dari diri kita. Dan sebagai masyarakat hendaknya kita tidak hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Nah, selamat beraktifitas dengan kesadaran bahwa kita ada dalam kehidupan yang penuh perbedaan. Secara iman, secara etnik, secara ras, secara bahasa, secara pemikiran dan banyak lagi perbedaan itu. Mari kita belajar untuk melihat kepentingan orang lain lebih penting ketimbang diri sendiri.Biarlah kemuliaan TUHAN yang menempatkan kita terus memancar dalam sikap kesadaran kita tentang banyaknya perbedaan. Salam!


konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.