5.8.11

Awas, Sembelit Akibatkan Kanker Usus!

Sudahkah kita Buang Air Besar (BAB) hari ini? Belum? Bagaimana dengan Kemarin? Belum juga? Jangan-jangan kita tidak ingat kapan BAB. Jadi sebenarnya seberapa sering kita BAB? Sehari sekali kah? Bila sehari sekali, itu masih baik. Atau tiap tiga hari sekali? Tiga hari sekali perlu kita waspadai! Terlebih bila hanya seminggu sekali! Karena BAB seminggu sekali menunjukan kita mengalami gangguan pencernaan yang disebut sembelit. Dalam beberapa data yang diperoleh redaksi, menyebutkan bahwa, sembelit adalah gangguan pencernaan yang membuat kita mengalami kesulitan BAB.

Gejalanya bisa kita kenali dengan mudah yaitu; kita tidak melakukan BAB secara rutin hingga perut terasa 'berat' dan tidak nyaman karena adanya penumpukan kotoran membusuk dalam usus. Menurut dr. Binsar Sarumpaet, Sp.PD semua orang bisa kena sembelit. BAB disebabkan dari banyak hal, yang antara lain; Kurang mengonsumsi serat yang terdapat dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Kemudian menyantap daging dan kalsium secara berlebihan. Sembelit juga diakibatkan penyakit diabetes, radang usus, dan sakit syaraf tulang belakang.

Sembelit juga diakibatkan penggunaan obat maag dan obat lambung yang berlebihan selain mengkonsumsi buah salak, sawo, dan nangka yang juga berlebihan. Gangguan jiwa ringan seperti stres berkepanjangan juga memicu sembelit. Dr. Binsar mengingatkan bahwa, sembelit bisa menjadi serius, lantaran kotoran yang terlalu lama mengendap dalam usus mengakibatkan peregangan usus. Pergangan pada usus ini bisa menyebabkan infeksi pada usus yang untuk mengeluarkan endapan kotoran tersebut harus dilakukan pengorekan pada anus penderita.

Tindakan ini untuk mengeluarkan tumpukan di usus besar yang arahnya menuju rektum. Sebuah penelitian tentang sulit BAB terhadap masyarakat Eropa yang dominan pemakan daging, dan masyarakat Afrika yang dominan pemakan sayur, pernah dilakukan. Hasil penelitian menyatakan bahwa, tingkat terjadinya kanker usus sangat tinggi di Eropa, dan rendah di Afrika. Penelitian tadi mengindikasikan dampak negatif jangka pendek sulit BAB adalah perut tidak nyaman, kembung, usus jebol hingga tindakan operasi. Dan dampak jangka panjang nya adalah kanker usus yang mengarah pada kematian.

Anggapan bertambahnya usia dan terlalu banyak makan bisa berakibat sembelit, ternyata tidak sepenuhnya benar. Karena kenyataannya banyak balita dan anak-anak mengalami sembelit. Sembelit pada anak-anak menurut dr. Binsar dimungkinkan banyaknya kalsium pada makanan atau susu yang dikonsumsi. Kebiasaan memberi makanan pilihan mereka menyebabkan sembelit. Anak-anak biasanya tidak memilih buah-buahan dan sayur-sayuran, tapi lebih memilih daging, seperti ayam. Disinilah peran orang tua yang menurut dr. Binsar harus bisa mengatur pola makan anak-anaknya dengan tepat.

Biasanya yang tidak tahan dengan sembelit memilih mengonsumsi obat pencahar. Dengan kondisi; Seminggu tidak BAB, minum obat pencahar, lalu BAB. Esok nya, tidak BAB lagi. Padahal tidak BAB diakibatkan dari kurangnya serat, bukan karena belum minum obat pencahar. Seharusnya tubuh diasupi serat, bukan obat pencahar yang membuat tubuh titik ketergantungan obat pencahar. Ketergantungan terhadap obat pencahar ini membuat usus tidak lagi berkontraksi yang dalam dunia medis disebut lazy bowel syndrome. Tentu saja hal ini menurut dr. Binsar bukanlah kebiasaan yang benar. Karena obat pencahar mengandung zat yang dapat terserap oleh usus yang bisa berakibat peradangan dan infeksi pada usus.

Saran penutup dari dr. Binsar adalah untuk kita menyediakan waktu duduk di closet setiap hari tanpa harus menunggu rasa mulas dan ingin BAB. Karena BAB adalah hal rutin yang wajib dilakukan setiap hari yang mungkin awalnya sulit. Ada beberapa tips agar BAB lancar; Pertama perbanyak mengonsumsi serat yang terkandung dalam buah-buahan dan syur-sayuran. Kedua, Konsumsi pepaya dan kurangi menyantap daging. Ketiga, lebih banyak lagi minum air putih, Keempat, rajin dan rutinlah berolah raga serta banyak bergerak. Dan yang kelima, jangan sungkan-sungkan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, untuk penanganan lebih lanjut. hla/ath/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.