Nasi. Siapa sih yang ngga suka? Rasa nya yang nikmat, tekstur nya yang lembut alias pulen. Dan aromanya yang harum saat dihidangkan hangat-hangat, selalu membuat kita tergoda. Godaan yang lebih besar datang saat kita merasa sangat lapar, hingga membuat kita berkeinginan lagi untuk tambah dan tambah lagi. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, nasi adalah makanan pokok hingga kita mengenal istilah yang berbunyi “kalau belum makan nasi, berarti belum makan”. Nasi memang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Selain pembuatannya mudah disaat ini, cara membuat nasi pun sangat mudah dan relatif tidak memakan waktu yang lama. Cukup memasukkan beras yang telah dicuci, berikan air secukupnya lalu hidupkan pemasak nasi. Lalu kita bisa melakukannya pekerjaan lain, sambil menunggu matang selama kurang lebih 30 menit.
Nasi pada masa sekarang bukan hanya telah mendunia tapi juga telah memiliki tampilan variatif dalam penyajiannya. Kenikmatan nasi yang telah dikenal lidah bangsa-bangsa itu harus dipertimbangkan kembali, setelah sekumpul peneliti mengungkapkan bahaya konsumsi nasi yang berlebihan. Ahli Gizi dari Semanggi Specialist Clinic, Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK menjelaskan tentang keharusan membatasi asupan nasi. Menurutnya, segala sesuatu yang berlebihan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik, termasuk makan nasi. Nasi yang adalah sumber karbohidrat yang ternyata tidak lain adalah gula. Jadi, nasi putih yang berasal dari beras yang itu, sebelumnya mengalami proses yang disebut disosoh, yaitu proses mengupas kulit beras, hingga selaput kulit beras jadi sangat bersih. Dan kondisi ini membuat kandungan serat pada butir beras itu sudah menjadi sangat rendah.
Pemaparan Oetoro yang dipublikasikan Environmental Protection Agency America, Universitas Harvard itu, pada intinya ingin menjelaskan bahwa, mengonsumsi nasi putih berlebihan dan terus menerus, mengakibatkan tubuh akan mengalami kalori berlebihan. Kalori berlebihan ini tentunya akan berakibat obesitas dan diabetes pada tubuh. Masih menurut Oetoro, sebenarnya, nasi yang kita makan akan memberikan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh sebagai energi dalam beraktifitas maupun berpikir. Namun bila setelah mengonsumsi nasi kemudian kita tidak melakukan aktifitas apapun maka, asupan nasi akan menjadi berlebihan dan menjadi energi yang tidak terpakai. Dari kondisi inilah karbohidrat tertumpuk yang kemudian menjadi lemak.
“Contoh, seorang kuli bangunan,pantas mengonsumsi nasi yang agak banyak” ujar Oetoro. “karena energi yang ia butuhkan (untuk bekerja-red) besar,” tambahnya menjelaskan. Dalam penjelasan lanjutnya, Oetoro mengatakan bahwa, Nasi yang dikonsumsi dalam jumlah banyak oleh seorang pekerja kasar itu tidak akan tertimbun sia-sia. Hal itu sangat berbeda dengan seorang karyawan yang mengonsumsi nasi banyak, namun aktifitas kerjanya hanya duduk seharian dalam ruangan ber-ac. Apabila karyawan itu mengonsumsi nasi secara berlebihan namun sedikit energi yang dipakai, maka nasi tersebut hanya akan menjadi lemak. Jadi sesuaikan asupan karbihidrat Anda, terutama nasi. dengan aktifitas profesi Anda.
“Jangan makan nasi berlebihan, tapi juga jangan kekurangan,” kata Oetoro mengingatkan. Memang sudah sewajarnya untuk kita batasi asupan kadar gula dalam tubuh, terutama yang dihasilkan karbohidrat.
“Kalau bisa pilih nasi dari beras merah, yang kaya akan serat,” kembali Oetoro menganjurkan. Menurutnya, pada saat karbohidrat dimakan, kadar gula akan meningkat. Oetoro juga memaparkan bahwa, serat membuat penyerapan gula darah menjadi lebih lambat. Kondisi ini akan membuat peningkatan kadar gula darah melambat. Atau bila memang ingin, menurut Oetoro kita bisa mengganti nasi dengan oatmeall
“Atau kentang dengan kulitnya,” ungkap Oetoro. “Karena serat kentang ada pada kulitnya,” lanjutnya menjelaskan. hla/ath/konstantin
Nasi pada masa sekarang bukan hanya telah mendunia tapi juga telah memiliki tampilan variatif dalam penyajiannya. Kenikmatan nasi yang telah dikenal lidah bangsa-bangsa itu harus dipertimbangkan kembali, setelah sekumpul peneliti mengungkapkan bahaya konsumsi nasi yang berlebihan. Ahli Gizi dari Semanggi Specialist Clinic, Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK menjelaskan tentang keharusan membatasi asupan nasi. Menurutnya, segala sesuatu yang berlebihan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik, termasuk makan nasi. Nasi yang adalah sumber karbohidrat yang ternyata tidak lain adalah gula. Jadi, nasi putih yang berasal dari beras yang itu, sebelumnya mengalami proses yang disebut disosoh, yaitu proses mengupas kulit beras, hingga selaput kulit beras jadi sangat bersih. Dan kondisi ini membuat kandungan serat pada butir beras itu sudah menjadi sangat rendah.
Pemaparan Oetoro yang dipublikasikan Environmental Protection Agency America, Universitas Harvard itu, pada intinya ingin menjelaskan bahwa, mengonsumsi nasi putih berlebihan dan terus menerus, mengakibatkan tubuh akan mengalami kalori berlebihan. Kalori berlebihan ini tentunya akan berakibat obesitas dan diabetes pada tubuh. Masih menurut Oetoro, sebenarnya, nasi yang kita makan akan memberikan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh sebagai energi dalam beraktifitas maupun berpikir. Namun bila setelah mengonsumsi nasi kemudian kita tidak melakukan aktifitas apapun maka, asupan nasi akan menjadi berlebihan dan menjadi energi yang tidak terpakai. Dari kondisi inilah karbohidrat tertumpuk yang kemudian menjadi lemak.
“Contoh, seorang kuli bangunan,pantas mengonsumsi nasi yang agak banyak” ujar Oetoro. “karena energi yang ia butuhkan (untuk bekerja-red) besar,” tambahnya menjelaskan. Dalam penjelasan lanjutnya, Oetoro mengatakan bahwa, Nasi yang dikonsumsi dalam jumlah banyak oleh seorang pekerja kasar itu tidak akan tertimbun sia-sia. Hal itu sangat berbeda dengan seorang karyawan yang mengonsumsi nasi banyak, namun aktifitas kerjanya hanya duduk seharian dalam ruangan ber-ac. Apabila karyawan itu mengonsumsi nasi secara berlebihan namun sedikit energi yang dipakai, maka nasi tersebut hanya akan menjadi lemak. Jadi sesuaikan asupan karbihidrat Anda, terutama nasi. dengan aktifitas profesi Anda.
“Jangan makan nasi berlebihan, tapi juga jangan kekurangan,” kata Oetoro mengingatkan. Memang sudah sewajarnya untuk kita batasi asupan kadar gula dalam tubuh, terutama yang dihasilkan karbohidrat.
“Kalau bisa pilih nasi dari beras merah, yang kaya akan serat,” kembali Oetoro menganjurkan. Menurutnya, pada saat karbohidrat dimakan, kadar gula akan meningkat. Oetoro juga memaparkan bahwa, serat membuat penyerapan gula darah menjadi lebih lambat. Kondisi ini akan membuat peningkatan kadar gula darah melambat. Atau bila memang ingin, menurut Oetoro kita bisa mengganti nasi dengan oatmeall
“Atau kentang dengan kulitnya,” ungkap Oetoro. “Karena serat kentang ada pada kulitnya,” lanjutnya menjelaskan. hla/ath/konstantin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.