15.1.12

Ekstrakurikuler


*Perlunya sikap Kritis Orang tua
Saat seorang siswa terdaftar di sebuah sekolah, siswa tersebut berhak untuk memanfaatkan sekolah sebagai tempat menimba ilmu. Ia berhak mendapatkan pengajaran dari ilmu-ilmu yang diberikan oleh sekolah tersebut, baik itu yang ada dalam kurkulum atau juga ilmu-ilmu yang ada di luar kurikulum. Sementara ada kurikulum sekolah yang wajib diikuti, dan ada juga yang di luar kurikulum atau ekstrakurikuler, yang sebaiknya bisa diikuti, sebagai ilmu yang bisa digapai murid tadi sesuai kesenangannya. Sebagai kegiatan yang menguntungkan bagi murid, ekstara kurikuler juga perlu dikritisi oleh guru dan orang tua murid.

Wakil Ketua dari Perhimpunan Orang Tua Murid Indonesia (POMI), Lies Sugeng, mengatakan bahwa, kegiatan ekstrakurikuler yang dipercaya membantu orang tua dalam mengetahui, membentuk dan mengarahkan bakat anak, pada pelaksanaan nya sering terlalu berlebihan. Alasan yang banyak dilontarkan pihak sekolah adalah mengikuti perkembangan jaman. Dalam hal pengaturan kegiatan ekstrakurikuler, masih menurut Lies, sebenarnya pemerintah sudah mengeluarkan tata cara resmi yang cukup menguntungkan bagi orang tua. Namun tetap saja kegiatan ekstrakurikuler seringkali justeru membebani anak. Lies juga mengakui, tidak sedikit orang tua yang memaksa anak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sebenarnya tidak disukai anak tersebut.

Misalnya pada murid yang masih berusia dibawah 8 tahun, namun ia diharuskan mengikuti ekstrakulikuler disaat seharusnya ia menikmati tidur siangnya. “Namun, karena mereka harus ikut ekstrakurikuler”, kata Lies. “mereka masih harus berada di sekolah hingga sore hari”, lanjutnya menjelaskan. Fakta yang banyak ditemui itu belum termasuk beban tas siswa sekolah dasar, yang ukurannya hampir sama besar dengan tubuhnya. Keletihan di sekolah sejak pagi hingga sore hari itu, tentunya juga melahirkan pertanyaan lain. Kapan waktu nya untuk mengerjakan PR nya dengan kondisi tubuh anak yang bugar dan segar?

Pada beberapa sekolah pemilihan kegiatan ekstrakurikuler merugikan murid. Misalnya pada sebuah sekolah yang mewajibkan murid-muridnya untuk mengikuti ekstrakulikuler yang ada, padahal sekolah tersebut hanya memiliki 3 pilihan kegiatan ekstrakurikuler. Sedikitnya pilihan tersebut akan membuka kemungkinan lebih besar bahwa, si murid memiliki keterpaksaan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan dalam kondisi seperti ini, di beberapa sekolah negeri kegiatan ekstrakurikuler menjadi kegiatan wajib, yang bila ada murid yang tidak mengikuti, maka akan mengalami pemotongan nilai.

Ekstrakurikuler di sekolah juga bisa menjadi indikasi sebagai alternatif pencarian keuntungan pihak-pihak sekolah baik itu institusi ataupun intuisi. Hal ini bisa dilihat dengan tidak sedikit kegiatan yang membebani murid misalnya dalam hal seragam, kelengkapan kegiatan ekstrakulikuler dan lainnya. Oleh sebab itu pihak sekolah sudah sewajarnya terbuka mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Keterbukaan itu meliputi tujuan, manfaat, dan untuk kepentingan siapa saja kegiatan ektrakurikuler itu. Komite Sekolah, dan Guru BP seharusnya punya kesadaran dan komitmen akan kepentingan murid. Harus ada jalinan kerjasama yang baik agar tidak adalagi pemaksaan pada kegiatan ekstrakurikuler, agar kegiatan ini bisa sesuai dengan minat anak menurut usia anak.

Selain itu juga tentunya bisa mengedepankan keamanan dalam setiap kegiatan dengan tidak membebani keuangan keluarga anak, kemudian kegiatan tersebut bisa berjalan dengan waktu yang singkat. Sebenarnya, ekstrakurikuler ini sangat baik dan penting, karena banyak kegiatan ekstrakurikuler yang nyatanya bisa menghidupi anak-anak sekolah di hari dewasa nya kemudian. Henny Supolo Sitepu, Ketua Yayasan Cahaya Guru mengatakan, sekolah sebaiknya memiliki kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan itu harus berdasarkan keinginan anak murid.

Kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya tidak menggangu kegiatan kurikuler sekolah, karena banyak ekstrakurikuler yang telah menjadi suatu prestige sekolah. Orang tua seharusnya tidak terlalu berbangga dengan anak yang sering pulang sore, membawa barang banyak untuk memperlihatkan jadwal kegiatan yang padat. Karena hal tersebut sangat mengganggu waktu untuk tidur dan pola hidup yang tidak baik untuk manusia seusianya. Selain itu, orang tua tidak lagi menjadikan sekolah sebagai 'tempat penitipan anak' agar bebas menjalani aktivitas dengan namun lupa kebutuhan kedekatan pada anak. hla/ath/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.