18.5.10

Indonesia Menjelang Pikun Sejarah (?)

Memperingati Hari Museum Sedunia

Hari ini, 18 Mei 2010, bersama-sama seluruh negara di dunia, Indonesia pun memperingati Hari Museum Sedunia. Sebuah peringatan akan pentingnya sejarah dalam kehidupan manusia. Bukan hanya sejarah manusia, tapi juga sejarah bumi ini, yang tercatat dalam berbagai bentuk atau moda. Catatan sejarah itu bisa berbentuk benda/barang, tulisan/buku, ataupun bangunan, semua itu dikumpulkan menjadi satu dan dijaga keberadaannya dalam sebuah bangunan bernama museum (bila catatan sejarah berbentuk bangunan, maka biasanya bangunan itu langsung dijadikan museum)
Berdasarkan informasi dari Direktorat Museum, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, kata 'museum' berakar dari kata Latin museion, yaitu kuil untuk sembilan Dewi Muse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Dalam perkembangannya museion menjadi tempat kerja ahli-ahli pikir zaman Yunani kuno, seperti Pythagoras dan Plato. Mereka menganggap museion adalah tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat, sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian. Dengan kata lain tempat pembaktian diri terhadap ke sembilan Dewi Muse tadi. Museum yang tertua sebagai pusat ilmu dan kesenian terdapat di Iskandarsyah, Mesir. Nah, saat ini fungsi museum lebih condong kepada tempat penyelidikan dan pendidikan sejarah kemanusiaan. Tujuannya adalah upaya pelestarian kebudayaan yang merupakan hasil daya cipta manusia di bumi ini. Bagaimana generasi muda dan generasi yang akan datang tidak menjadi lupa atas deretan momen terdahulu, bahkan saat orang tua mereka belum ada. Semua itu dimungkinkan dengan keberadaan museum sebagai sarana pelestarian budaya sebuah bangsa. Maka tak heran, banyak ahli-ahli sejarah atau pakar arkeologi di seluruh dunia mengumpulkan berkas-berkas sejarah ataupun prasejarah hasil temuan mereka dalam sebuah museum.

Secara umum, museum memiliki sejumlah fungsi dasar, yaitu sebagai pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, pusat penyaluran ilmu pengetahuan untuk umum, sebagai pusat penikmatan karya seni, pusat pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa, juga sebagai obyek wisata, media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, sebagai suaka alam dan suaka budaya, cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan, serta sarana untuk bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedemikian padat fungsi museum, tapi apakah kita sudah memanfaatkan sedemikian maksimal fungsi museum? Bila kita semua meyakini museum sebagai sarana pelestarian sejarah bangsa, maka sudah sejatinya kita pun mendorong 'kebiasaan' mengenali, mengetahui dan memahami sejarah itu lestari buat generasi mendatang. Namun, saat ini apa yang terjadi?

Hingga kini, jumlah museum di seluruh Indonesia mencapai 269 buah. Dari jumlah tersebut, 176 museum dikelola oleh kementerian atau pemerintah daerah, 7 museum dikelola oleh unit pelaksana teknis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta 86 museum dikelola oleh pihak swasta. Dari segi jumlah kunjungan, jumlah kunjungan masyarakat Indonesia ke museum tampak terus mengalami penurunan. Tahun 2006, angka kunjungan total masyarakat Indonesia ke museum adalah 4.561.165 kunjungan. Pada tahun 2007, jumlah ini menurun menjadi 4.204.321 kunjungan dan menurun lagi di tahun 2008 menjadi 4.174.020 kunjungan. Jika bangsa ini tidak segera mencari jalan keluar meningkatkan jumlah kunjungan tersebut, maka museum terancam dilupakan dan menjadi tidak populer lagi di masa mendatang. Dengan kata lain, bangsa yang kaya budaya ini pun lambat laun bakal menjadi lupa akan sejarahnya sendiri, alias menjadi pikun sejarah. Karena itu, dalam rangka Hari Museum Sedunia, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan tahun ini (2010) sebagai tahun kunjungan museum. Selain itu, mereka pun menggelontorkan program Gerakan Nasional Cinta Museum, dengan salah satu acara unggulan adalah menghelat beragam acara menarik dengan memakai lokasi museum-museum yang ada.

Tapi tentunya, program pemerintah itu perlu mendapat dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, terutama pihak swasta dan masyarakat umum. Karena, solusi supaya tidak menjadi pikun sejarah mesti datang dari bangsa ini secara utuh dan menyeluruh, bukan hanya pemerintah, bukan hanya masyarakat, tapi semuanya.

* * *

“Ya beginilah mas, kemarin coretan ini tak ada...”, keluh seorang pemandu museum kepada saya. Saat itu saya tengah menelurusi sebuah bunker alias ruangan bawah tanah di sebuah museum di kawasan Kota Tua di Jakarta. Di sejumlah ruangan bawah tanah bikinan Belanda itu terpampang sejumlah coretan yang bisa ditaksir dibuat oleh anak-anak remaja. Mengapa? Karena beberapa ungkapan yang populer ada di sana, seperti “.... was here”, “Itu LOVE ini”. Belum lagi, sejumlah sebutan genk anak remaja (baca:anak sekolah) yang cukup terkenal di Jakarta. Kebetulan sebelum saya berkunjung hari itu, sejumlah rombongan anak remaja dari sejumlah sekolah berkunjung di hari sebelumnya. Dan asal tahu, kejadian itu ternyata terjadi hampir di seluruh museum yang ada.

Prihatin, tentunya! Mengingat generasi muda atau anak-anak remaja masa kini adalah calon-calon pemimpin bangsa ini di kemudian hari. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan kepada museum itu sangat tidak mencerminkan penghormatan dan apresiasi terhadap kekayaan daya cipta manusia tempo dulu. Pasalnya, kalau hal tersebut dibiarkan, maka bentuk-bentuk sejarah yang ada bakal tergerus rusak, dan rentan punah, kalau kita sebagai manusia modern ini tidak memelihara keberadaannya.

Judul tulisan ini bisa menjadi titik awal perenungan dan momentum kita untuk berbuat lebih baik demi kelestarian museum. Sebagai keluarga yang sehat, kita juga dituntut menjadi sehat dan terdidik terkait masalah sejarah hidup dan kehidupan manusia. Karena itu, salah satu bentuk kepedulian kita terhadap sejarah tersebut, kita bisa mengajak anak-anak kita untuk berkunjung ke sejumlah museum yang ada di wilayah tinggal kita. Mencintai sejarah adalah salah satu sikap bangsa yang besar juga gemilang.

Selamat Mencintai Sejarah, Selamat Mencintai Museum!                                               petra_yan/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.