24.6.11

Proteksi Anak dan Remaja dengan Pendidikan Seks

Memberikan pendidikan seks pada anak dan remaja sebenarnya bukanlah hal yang sulit bagi orang tua. dr. Fabiola Priscila M.Psi menyatakan bahwa pendidikan seks pada anak dan remaja tidak semengerikan seperti yang kita duga. “.. sebenernya pendidikan seks itu sendiri adalah bagaimana kita bisa mengajarkan pada anak cara menghargai dirinya sendiri...” demikian Master Psikologi yang juga pengajar di Universitas Indonesia.
Menurutnya, selama orang tua mengetahui apa yang harus dilakukan dan memahami inti dari pendidikan seksual itu, maka melakukan pendidikan seks pada anak dan remaja akan menjadi hal yang mudah. Selama ini, bisa saja masih ada yang berprasangka bahwa kalau kita membicarakan pendidikan seks pada anak dan remaja, langsung berpikir betapa susah kita untuk menyampaikan.

Pendidikan itu sendiri, masih menurut Fabiola adalah diawali dari kita memperlakukan anak kita sejak bayi, bagaimana kita merawat dari ujung rambut sampai ujung kaki, menghargai dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki dan perempuan, mengajarkan bagian-bagian anggota tubuh namanya apa, kemudian semakin besar kita mengajarkan bagaimana dia merawat, membersihkan dan menjaga tubuhnya.

“Jangan sampai anggota tubuhnya diperlakukan dengan tidak layak,” begitu timpal Fabiola. Bila hal itu dilakukan maka, saat remaja anak bisa menghargai dirinya sendiri, sekalipun pengaruh buruk dari lingkungan dialamunya. Dengan membiasakan dirinya menjaga dan merawat tubuhnya sejak kecil maka, dia akan dengan sendirinya memproteksi dirinya sesuai keberadaan jenis kelaminnya.

Tentu bila kita belum membiasakan memperlakukan anak untuk menyayangi tiap bagian tubuhnya sejak kecil, bukan berarti hal ini terlambat. “Tidak ada kata terlambat!” demikian tegas Fabiola. Kalau ada pertanyaan seputar seks, yang harus dilakukan orang tua pertama-tama adalah untuk tidak menunjukkan muka panik atau kaget. Karena bila kita menunjukan kondisi ini, anak kita tidak akan berani lagi bertanya.

Orang tua juga harus tetap tenang bila belum memiliki jawaban. “kita bisa tunda dengan memberikan jawaban 'oke nak, pertanyaannya bagus banget, nanti kita bahas sama papa nanti malem',” demikian papar Fabiola. Setelah itu orang tua bisa langsung memulai untuk browsing dan mencari yang sesuai dengan bahasa anak. Atau dengan buku-buku kartun atau dunia hewan supaya kita bisa menjelaskan pada anak.

Memberikan contoh dari buku-buku bergambar sangat membantu anak mengerti lebih awal tentang apa pendidikan sex itu. Namun demikian, kita juga harus melihat usianya. Karena tidak mungkin anak usia balita atau batita, kita menjelaskan tentang sex seperti pada buku-buku biologi anak SMA. “Jadi yang kita ambil, seperti bagaimana ayam bertelur, kelinci dan sebagainya yang dekat dengan anak,” kembali Fabiola menjelaskan.

Kita tidak harus mendeskripskan secara detil, apalagi dengan bahasa yang sulit yang tidak dimengerti anak. “kita menjawab apa yang anak tanya saja, kalau anak tidak bertanya jangan menjelaskan yang belum dia tanya,” tambah Fabiola. Inilah waktunya bagi orang tua untuk mengambil sikap dalam memberi sudah seharusnya pengetahuan tentang sex bagi  anak dan remaja. Dan pendidikan ini memang bertujuan agar anak tetap pada jalurnya. Pendidikan seks pada anak dan remaja adalah tuntutan mendesak, karena pada masa sekarang ini, anak dibesarkan pada kondisi yang berbeda dengan jaman dulu

Kita tidak bisa kita menyamakan kondisi lingkungan anak-anak zaman dulu dengan anak-anak jaman sekarang. Pengaruh lingkungan, media dan teman-temannya sangat besar  dan sangat berbeda dengan situasi anak-anak zaman dulu. “anak-anak sekarang kalau mau tahu sesuatu, dia akan terus mencari,” begitu ungkap Fabiola. “Alangkah baiknya bila anak-anak mendapatkannya dari keluarganya,” pesan Fabiola menutup perbincangan ini.

Percayalah, dengan pendidikan seks yang lebih awal dari keluarga, akan membantu anak dan remaja kita untuk memproteksi dirinya dari bahaya prilaku seks bebas yang merugikan hidupnya. ath/yp/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.