Judul di atas mewakili sekian banyak hal yang bakal menimpa generasi penerus bangsa (baca: bayi-bayi Indonesia). Betapa tidak? Hingga kini hanya 30% ibu Indonesia menyusui bayi mereka secara eksklusif, yaitu selama 4 sampai 6 bulan. Ini memprihatinkan, ujar Mia Sutanto, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Pasalnya, hanya dengan memberikan Air Susu Ibu alias ASI secara eksklusif, si jabang bayi akan bertumbuh kembang maksimal juga daya tahan tubuhnya pun meningkat. Ini diperkuat dengan seruan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kolostrum dalam ASI yang dihasilkan beberapa hari menjelang kelahiran hingga 4-5 hari pasca melahirkan, kaya akan protein dan mineral untuk membantu merangsang kekebalan tubuh bayi.
Dari berbagai sumber, saya merumuskan sejumlah manfaat ASI bagi bayi, sebagai berikut:
1.Meningkatkan perlindungan tubuh bayi terhadap banyak penyakit, seperti radang otak dan diabetes.
2.ASI juga membantu melindungi bayi dari penyakit-penyakit biasa seperti infeksi telinga, diare, demam dan melindungi dari Sudden Infant Death Syndrome atau kematian mendadak pada bayi.
3.Bila bayi yang menyusu sakit, kemungkinan dirawat di rumah sakit lebih kecil dibanding bayi yang minum susu botol.
4.ASI memberikan zat nutrisi yang paling baik dan paling lengkap bagi pertumbuhan bayi.
5.ASI melindungi bayi terhadap alergi makanan.
6.Pemberian ASI akan menghembat pengeluaran keluarga. Pasalnya, budget untuk membeli susu formula dan segala perlengkapannya bisa dipangkas.
7.Proses pemberian ASI dapat meningkatkan kedekatan psikis antara ibu dan bayi.
8.Terakhir, buat sang ibu, pemberian ASI eksklusif dapat memperkecil resiko terjadinya kanker ovarium dan kanker payudara.
Ketika menyusun sejumlah manfaat ASI di atas, saya pun bergidik ngeri membayangkan masa depan bayi-bayi Indonesia, bila mereka kian jauh dari ASI eksklusif. Apalagi saat melihat informasi dari Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2007 bahwa jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kian hari kian menurun jumlahnya. Kebanyakan dari mereka memilih susu formula dan makanan/minuman tambahan untuk jabang bayi. Berbagai macam alasan dilontarkan para ibu Indonesia saat ditanya mengapa tidak menyusui secara eksklusif. Sekali lagi, Mia Sutanto dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia menyebutkan bahwa para ibu masa kini sering kali bersembunyi di balik kesibukan mereka dalam bekerja sehari-hari. Banyak mitos yang para ibu Indonesia anut sehingga menimbulkan ketakutan tersendiri untuk menyusui. Salah satunya adalah mitos bila menyusui bayi, maka payudara akan kendor dan cenderung tidak indah lagi. Wah! Sampai di sini, saya pun berpikir, sedemikian pentingkah tubuh kita bila dibanding dengan kesehatan si jabang bayi, sehingga banyak ibu yang 'menolak' menyusui bayi mereka?
Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia tahun 2009, Prevalensi nasional gizi buruk pada anak balita mencapai 5,4% dan gizi kurang sebanyak 13%. Selain itu, kabar dari Program Pangan Dunia (WFP) tahun 2008, sebanyak 13 juta anak Indonesia menderita malnutrisi atau gizi buruk.
Melihat data-data tersebut, lalu dibandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan (sepanjang pantauan saya selama 'jalan-jalan' ke sejumlah daerah), sepertinya data tersebut bak puncak gunung es. Atau bisa diartikan, sebenarnya jumlah anak yang menderita gizi buruk ataupun gizi kurang lebih banyak lagi.
Suatu hari, saat saya berbincang dengan sejumlah ibu menyusui yang tidak menyusui, terucap sejumlah alasan mengapa mereka tidak melakukan kegiatan bermanfaat itu. Karena sibuk, pasokan susu kurang, kurang tahu cara menyusui, dan yang lebih banyak adalah tradisi pemberian susu formula yang turun temurun di keluarga mereka.
Khusus menyoroti alasan 'tradisi pemberian susu formula', saya pun kembali miris menyaksikan media massa di-bombardir oleh iklan susu formula yang seolah mampu menandingi kualitas mumpuni dari ASI. Seakan pariwara-pariwara tersebut ingin berucap, “ Buat ibu sibuk, berikan bayi Anda susu formula X... simple dan bermanfaat...”
“ ASI kurang, segera berikan susu formula Y... sama dari segi kualitas...”
Duh, berapa banyak lagi bayi/anak Indonesia bakal meninggal dunia akibat gizi buruk dan gizi kurang? Pasalnya bila bayi Indonesia jauh dari ASI, niscaya kekebalan diri akan penyakit pun bakal menyingkir pula. Fyi, berdasar patokan dari WHO, kenaikan jumlah ibu menyusui sebesar 50 persen saja, mampu menurunkan jumlah kematian bayi hingga 1,3 juta orang per tahun.
Hanya para ibu menyusui yang mampu menjawab pertanyaan ini.... petra_yan/konstantin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.