10.3.10

Kabar Baik itu Akhirnya Datang, walau Telat...

Seumpama sebuah rumah tangga (institusi terkecil di masyarakat), bila sang ayah mendapat promosi jabatan, maka sejatinya sang ibu dan anak-anaknya adalah 'ring 1' yang mesti dapat informasi tersebut. Lalu, bila seorang istri diidentifikasi hamil misalnya, seharusnya sang suami adalah orang pertama yang mesti mengetahui kabar baik itu. Tapi bagaimana kalau justru yang tahu lebih dulu kalau sang bapak dipromosikan adalah tetangga sebelah? Lalu bagaimana pula kalau justru kawan seorang suami ujug-ujug menyampaikan, kalau istrinya hamil? Wah, bisa-bisa muncul gesekan ketersinggungan sana sini akibat 'kesalahan' tersebut...

Entah 'kesalahan' ini adalah misscommunication atau miscoordination informasi, saya tidak terlalu ingin membahas masalah tersebut. Hanya satu hal, yaitu etika berbangsa. Secara etis, seharusnya kabar baik tentang tewasnya salah satu gembong teroris, Dulmatin, mesti disampaikan kepada publik internal dulu (baca: bangsa sendiri), baru kemudian dunia luar mengetahui itu. Nah, kalau sudah terbalik, bagaimana mestinya kita bersikap dan berpikir: apa yang sedang terjadi sebenarnya? Di tengah proses pengujian DNA, yang konon kabarnya memakan waktu 3 hari, Presiden kita dengan bangganya menyatakan kematian Dulmatin di luar negeri (depan parlemen Australia). Kalaupun informasi yang disampaikan Presiden itu berasal dari otoritas keamanan di Indonesia, ya seyogyanya informasi tersebut disampaikan terlebih dahulu kepada masyarakat Indonesia. Lagipula, proses uji DNA belum khatam 3 hari seperti yang selalu didengungkan oleh pihak keamanan...

Entah karena terlalu bersemangat atau sudah berpikiran sangat global, Presiden kita akhirnya mengumumkan kematian salah satu buronan teroris, Dulmatin, dalam penggerebekan polisi kemarin, di depan parlemen Australia. Ini terjadi nyaris bersamaan dengan kedatangan Kepala Kepolisian Indonesia ke istana, menemui Wakil Presiden kita. Saat itu, status kematian Dulmatin masih kabur di mata masyarakat. Presiden kita sepertinya terlalu bersemangat memberitakan kabar baik ini kepada pihak luar terlebih dahulu ketimbang 'keluarga' sendiri (baca: bangsa Indonesia) Walau pada akhirnya, Wakil Presiden memberitahukan kepada publik bahwa hasil pengujian DNA confirmed adalah Dulmatin. Tapi itu terjadi setelah pemberitahuan Presiden di Negeri Kangguru, yang disiarkan secara luas oleh media elektronik negeri ini. Alhasil, terlihat bangsa Indonesia telat dapat kabar baik tersebut.

Atau mungkin Presiden kita sudah berpikir sangat global, sehinga ia berpikir, “Ah, informasi ini kan didengar pula oleh rakyat saya di Indonesia...” Walaupun Presiden berpikir seperti itu, tetap saja ada kurangnya, yaitu salah forum. Lalu, kalau dikatakan, kepastian kematian Dulmatin berdasarkan sidik jari bukan proses DNA, sehingga bisa cepat, lalu mengapa informasi yang disampaikan Wakil Presiden berdasar pada uji DNA yang menurut pengalaman lamanya minta ampun. Ah, Indonesia...

Satu pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Mengapa kita (baca: publik Indonesia) mesti mendapat 'berita basi'? Uhm, hanya Presiden yang bisa menjawab dan menjernihkan pikiran rakyat pasca peristiwa ini... Salam Damai!                                                                                      petra_yan/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.