20.4.10

Kentut vs Asap Rokok

Sore itu, di akhir pekan, di sebuah bale-bale di sebuah taman milik warga, saya dan 3 orang kawan tengah bermain karambol. Permainan diselingi dengan tawa sana sini, juga bunyi seruputan kopi dan teh jahe hangat yang tersaji. Tak ada yang heboh terjadi, sampai bunyi itu memecah suasana yang sudah pecah karena tawa kami yang keras dan lepas.

"...Tuuuuuuuuttttttttttttttt.....", bunyi itu begitu tajam setajam aroma yang mengusik bulu hidung kami berempat.

"...heeii, kamu kentut ya???", sergah kawanku sambil menuding kawanku yang lain, sebut saja namanya Pendi.

"...uhm, iya maaf yaa... maaf, abis dari tadi, perutku rada mules nih...", ujar Pendi sambil meringis malu campur salah tingkah. Sikap karyawan sebuah BUMN itu pun tak luput dari serbuan cemoohan kami.

"Ah, udah jebol tuh urat malu lo ya... kalo mau kentut ya keluar dulu sana...", kata kawanku yang lain sambil tetap menutup hidungnya.

Begitu cepat, sampai sekonyong-konyong sebuah sendal melayang ke arah Pendi.

Plaaakkkk!

Pendi pulang dengan pipi agak merona merah. Bukan karena tata rias wajah, tapi karena sebuah sandal sukses menerpa pipinya yang rada tembem itu. Sendal itu milik seorang kawan wanita yang ternyata sejak awal sudah ada di samping bale-bale kami. Ternyata Ia bersama 2 orang kawan wanita lainnya tengah bersenda gurau sambil duduk-duduk di rerumputan taman warga. Mereka ceria, sampai akhirnya kentut Pendi menyapu bersih keceriaan mereka. Pasalnya ternyata aroma kentut Pendi pun tercium mereka, karena laju angin yang berhembus ke arah mereka.

* * *

Usai tragedi kentut di bale-bale itu, saya pun sejenak merenung, "Uhm, kejadian tadi sepertinya sering saya temui saat menggunakan kendaraan umum..." Ya, peristiwa Pendi tadi ternyata memang sering saya alami. Saya (dan juga banyak orang lainnya) sering jadi korban aksi tak bertanggung jawab dari banyak orang di kendaraan umum. Namun dalam hal ini tiada bunyi yang ditimbulkan, hanya 'aroma' yang dimunculkan. Dan 'aroma' itu tak menyenangkan, sama seperti aroma kentut Pendi. Bahkan lebih jahat dari kentut, 'aroma' yang satu ini bisa membuat paru-paru manusia menjadi sakit, bahkan resiko kematian bakal menjelang bila sering terpapar 'aroma' tersebut. 'Aroma' itu adalah aroma asap rokok. Asap putih dari sebatang rokok yang dihisap orang tak bertanggung jawab.

Ah! Saya pun jadi terinspirasi untuk bilang: asap rokok itu sama dengan kentut. Orang lain yang merokok, asapnya 'dinikmati' bersama. Si Pendi yang kentut, baunya 'dirasakan' bersama. Orang kentut itu sama dengan orang ngerokok!


Kentut: Diam-Diam Mematikan!

Berdasarkan komposisinya, kentut terdiri atas karbondioksida, nitrogen, metana, juga hidrogen. Nah, berdasar sejumlah penelitian, bila seseorang menghirup kentut terlalu banyak, maka ia akan kehabisan oksigen dan bisa saja mati (yang paling sering sih, orang itu bakal pusing berat dan pingsan) Untuk ini, saya jadi teringat perihal kentut Semar yang mematikan itu hehehe... Sementara kentut yang berbau disebabkan kandungan hidrogen sulfida dan merkaptan. Kedua senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Makin banyak kandungan sulfur dalam makanan, makin banyak sulfida dan merkaptan diproduksi oleh bakteri dalam perut, dan makin busuklah kentut yang dikeluarkan. Telur dan daging punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut. Sedangkan kacang-kacangan berperan dalam memproduksi volume kentut, bukan dalam kebusukannya.

Semua orang pernah kentut. Bahkan ada banyak orang yang menderita sekali karena tidak bisa kentut. Seorang kawan yang habis dioperasi lambungnya, pernah berkata, “Pertama kali dalam hidup saya, saat kentut saya sangat dinanti keluarga....” Hehehe, seusai itu tentunya kentut kawan tidak akan kembali dinantikan hehehe ... Ada juga yang bilang kalau mau kentut jangan (sering) ditahan, karena bisa jadi penyakit....

Asap Rokok:Diam-Diam Mematikan!

Berdasarkan komposisinya, seorang ahli paru di Surabaya pernah mengatakan dalam kepulan asap rokok terkandung 4 ribu racun kimia berbahaya. Bahkan, 43 jenis diantaranya bersifat karsinogenik alias merangsang tumbuhnya kanker. Berbagai zat berbahaya itu adalah tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin. Sementara mengenai bau, asap rokok tentunya sangat tidak menyenangkan (tapi kok masih ada wanita yang suka sekali berdekatan dengan pria perokok ya..?) Sedangkan mengenai sifat mematikan, banyak ditemukan kanker paru-paru pada usia muda para perokok. Padahal sebelumnya 70 persen melanda pria usia 60 tahun hingga 70 tahun. Selain itu, hampir sepertiga dari seluruh kematian pasien kanker disebabkan kanker paru-paru. Sedang angka harapan hidup yang tidak mendapat terapi sekitar 4 hingga 5 bulan. Dampak bahaya rokok memang antik dan klasik. Tidak ada orang mati mendadak karena merokok atau menghisap asap rokok. Dampaknya tidak instant, beda dengan minuman keras dan narkoba. Dampak rokok akan terasa setelah 10 hingga 20 tahun pasca digunakan atau usai kita sering menghirup asap rokok. Sebuah stiker yang tertempel di banyak kendaraan umum akhir-akhir ini tercantum sebuah slogan: “Orang lain yang merokok, kok kita yang mati?” Ini dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan berbagai macam institusi terkait.

Dulu, ayah saya setelah berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya, tampil lebih sehat, terutama keluhan seputar paru-paru. Apalagi kami sekeluarga pun bisa hidup di sebuah lingkungan yang menyenangkan. Bila kami tengah kumpul bercengkerama, kami selalu bilang ke ayah: “Tahan ya Pap... nanti saja kalau mau merokok... sendirian...” Ya, kalau kita menahan kebiasaan merokok, justru akan menjadi sehat, apalagi kalau berhenti sama sekali.

* * *

Kasihan ya, orang kentut kok disoraki, bahkan dilempar sandal. Tapi kalau orang merokok, kok ndak pernah disoraki dan dilempar sandal ya? Padahal, kalau boleh memilih, ya lebih baik mencium bau kentut ketimbang menghisap asap rokok orang. Kalau orang kentut disebut orang tak sopan, mengapa orang merokok tidak pula disapa 'tak punya etika atau biadab'? Kalau orang mau kentut, kadang malu untuk 'mengeluarkan' bunyi, mengapa orang yang mau merokok terkesan tak punya malu untuk menghisap dan menyemburkan asap rokok? Mengapa oh mengapa? Kalau ada pilihan, mana yang Anda pilih, mencium bau kentut atau asap rokok?

* * *

Suatu pagi, saya duduk di bagian belakang sebuah bus. Lagi merasa nikmat menghirup udara pagi, eh orang di sebelah meracik sebuah rokok lalu menghisapnya perlahan namun pasti. Asap pun mengepul....

Secepat kilat saya berkata: “Mas, maaf... saya mau kentut.... mas mau mencium bau kentut saya?” Orang itu bingung sambil mengernyitkan dahinya.

“Pasti mas ndak mau kan mencium bau kentut saya.... jadi tolong dong matikan rokoknya...”

Dengan bingung, mas-mas itu langsung mematikan rokok yang baru satu hisapan itu. Sambil tetap bingung, dia pun melengos pindah ke bagian tengah.

“Wahai para perokok, hisaplah rokok Anda beserta asapnya sendiri, jangan ajak-ajak orang lain. Saya tak butuh asapmu, seperti Anda (tentunya) tak butuh kentut saya yang bau bukan? Jadi, kalau mau merokok di tempat umum, pikir dulu: Maukah Anda dikentuti orang tepat di depan hidung Anda?”    petra_yan/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.