Epistaksis adalah keadaan perdarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung. Penyebabnya bisa beragam. Pada anak misalnya, terjadi karena terlalu seringnya menderita pilek yang berakibat menipisnya selaput lendir atau mukosa hidung bagian depan, yang disebut Pleksus Kiesselbach, yang adalah tempat pertemuan pembuluh darah. Hal ini bisa saja terjadi pada setiap anak, dan tidak terbatas pada lingkungan dan pergaulannya. Bila hidung anak tiba-tiba mengeluarkan darah, kebanyakan orang tua biasanya akan bersikap panik dan merasa takut.
Hal demikian memang wajar. Namun penanganan hidung yang mengeluarkan darah harus dihadapi dengan keadaan tenang agar tepat penanganannya.
Sebenarnya, di Indonesia, Epistaksis banyak istilahnya. Misalnya Pingguren dalam bahasa Batak Karo, atau
Mimisan, untuk sebagian besar daerah di Indonesia. Menurut Dr Amir Sebayang SpTHT, Kepala Bagian Ilmu Penyakit THT, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia atau FK UKI, hidung berdarah atau Mimisan dalam istilah kedokterannya disebut Epistaksis. Kepala Staf Medik Fungsional RSU UKI ini juga mengatakan bahwa, perdarahan di hidung bisa terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di hidung. Hal ini bisa saja akibat dari Hipertensi. Dan untuk yang diakibatkan Hipertensi, pecahnya pembuluh darah dihidung lebih kecil resiko penangannnya dibandingkan jika terjadi di pembuluh otak yang bisa berakibat stroke berat.
Dalam kaitan dengan Epistaksis ini, dr Amir juga mengingatkan bahwa, wabah Demam Berdarah Dengeu juga memiliki gejala yang sama yaitu, keluarnya darah dari hidung. Dan selain itu juga Epistaksis ini juga terjadi akibat infeksi atau peradangan hidung yang diakibatkan oleh mengorek hidung terlalu keras. Selain itu juga trauma atau benturan terhadap hidung, juga berakibat Epistaksis. Epistaksis pada usia lanjut diatas, biasanya terjadi diusia 40 tahunan keatas. Dan perlu diperhatikan, bila hal ini terjadi, bisa diwaspadai sebagai gejala timbulnya Tumor Nasofaring. Yaitu tumor ganas ketiga yang paling sering diderita manusia saat ini. Sebagai tambahan, nasofaring berada di belakang hidung yang tepatnya terletak diatas uvula atau anak tekak.
Dr. Amir juga mengatakan bahwa temperatur udara untuk orang Indonesia tidak terlalu berpengaruh terhadap terjadinya perdarahan di hidung, kecuali orang tersebut mengalami keadaan cuaca yang terlalu ekstrem secara tiba-tiba. Misalnya tiba-tiba suatu daerah di Indonesia tiba-tiba berubah suhunya seperti suhu di gurun atau di kutub. Dan masyarakat Indonesia, selama ini masih banyak yang menganut mitos yang menyatakan bahwa temperatur menjadi penyebab mimisan. Dan sebenarnya, hal ini secara medis tidaklah bisa dipertanggungjawabkan. Karena bila dilihat secara medis, selaput lendir atau mukosa hidung yang tipis terjadi akibat infeksi karena pilek yang berkelanjutan. Dan selain itu juga faktor bawaan atau secara genetikal, Epstaksis juga bisa terjadi.
Pengobatan untuk Epstaksis kasus ini biasanya disebut Kostik yaitu proses pengolesan obat di mukosa hidung yang tipis tersebut selain juga dilakukan pemanasan dengan elektrik atau yang dikenal dengan Koter. Tujuannya tentu adalah untuk mengembalikan kondisi mukosa hidung kembali menjadi tebal dan tidak berdarah lagi. Dan penanganan Tumor pada hidung hidung seperti Angiofibro, biasanya dilakukan cara berbeda yang lebih intensif. Angofibro merupakan tumor hidung yang banyak diderita anak laki-laki usia 11 sampai dengan 17 tahun. Angiofibro menyebabkan pembuluh darah hidung menjadi lebar dari batas normal sehingga terjadi perdarahan hebat. Ciri khas dari bentuk hidung penderita Angiofibro akan terlihat lebih pendek dan melebar, alias pesek.
Akhirnya, Epistaksis atau Mimisan adalah gejala dari banyak faktor yang dapat diketahui melalui pemeriksaan kesehatan oleh dokter secara mendetil. Dr Amir juga menekankan langkah penting penanganan kasus ini adalah diawali denga sikap yang tidak panik, agar tidak mempersulit situasi. Dan langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk pertama kalinya adlah dengan menggulung kapas yang dimasukan ke lubang hidung yang berdarah, kemudian ditekan kedua cuping hidungnya. Dan biasanya, hanya berlangsung 5 menit, Epistaksis atau mimisan ini berhenti. chk/ath/konstantin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.