Oleh : Handaka Mukarta
Cerita membentuk bahkan mengubah 'nasib' manusia. Bagaimana bisa?
Dalam buku "The Power of Story" Dr Jim Loehr menyimpulkan bahwa "Hidupmu adalah Ceritamu". Setiap kisah menceritakan kepribadian manusia. Melalui cerita, orang menyusun jalan hidupnya. Keberhasilan atau kegagalan. Sukacita atau dukacita. Pengharapan atau kekhawatiran. Manusia selalu bercerita tentang pekerjaan, keluarga, karir, relasi,
hubungan personal maupun interpersonal dengan komunitasnya.
hubungan personal maupun interpersonal dengan komunitasnya.
Cerita muncul dari suatu cara pandang. Bahkan seseorang yang tidak pernah menuliskan kisah hidupnya, menyusun ceritanya dengan perbuatan.
Dalam cerita, fantasi dan kenyataan seringkali bercampur aduk. Apa yang diharapkan seolah sudah menjadi kenyataan. Kekhawatiran dan ketakutan sering menciptakan realitas yang tertentu. Karenanya, "sebuah cerita selalu bercerita banyak ". Melalui cerita, manusia merumuskan tujuan hidup, keterampilan, kompetensi, tantangan, dan harapan yang dihadapi. Jika hidup merupakan cerita, ada beberapa bagian yang tidak berfungsi, kurang efektif, dan sangat menganggu. Seperti naskah, cerita perlu diedit atau ditulis ulang.
Penulisan ulang tidak berarti menganti sejarah atau memanipulasi data. Menulis ulang adalah melihat dari sudut pandang yang berbeda. Penderitaan bisa menjadi kisah penuh pengharapan, jika ada perspektif yang membuat orang menjadi tabah, bertekun, dan setia menjalani. Dalam penulisan ulang, manusia merumuskan kembali pandangan dan keyakinan hidupnya. Menulis sejarah berarti memaknai peristiwa. Sikap yang mempengaruhi tindakan bahkan masa depan.
Kreatif Menyusun Kisah
Dalam menyusun kisah, kreativitas adalah faktor utama. Elizabeth Gilbert hanya dua kali datang ke Bali (ditambah kunjungan ke India dan Italia). Kunjungan tersebut menjadi sumber utama penulisan novel yang dibaca lima juta pembaca. Buku Gilbert melahirkan film dengan judul sama, "Eat Pray Love”, yang dibintangi Julia Roberts dan Brad Pitt. Lewat novel, pembaca tidak sekedar menyaksikan fakta, tetapi juga menyimak perspektif sebuah kejadian.
Ketika berpidato di depan almameternya, Steve Jobs menceritakan tiga kejadian penting yang mengubah sejarah hidupnya. Berhenti kuliah di tahun pertama, dikeluarkan dari perusahaan yang didirikan, dan vonis mati karena kanker. Steve Jobs dibesarkan oleh sepasang orangtua asuh yang telah menghabiskan seluruh harta untuk memenuhi komitmen kepada ibu kandungnya, yaitu membawa Steve ke perguruan tinggi. Komitmen itu sudah dipenuhi, selanjutnya Steve Jobs menuliskan cerita hidupnya dengan tinta emas.
Victor Frank lolos dari lubang holocaust Perang Dunia II. Dalam penderitaan ia mengembangkan penjelasan yang inspiratif, bagaimana hidup bisa dijalani dengan penuh optimisme, sekalipun situasi penuh kengerian. Pada zaman yang sama, Anne Frank menuliskan cerita hidupnya. Kisah tersebut menjadi inspirasi dunia. Steve Jobs, Victor Frank, Anne Frank menghayati hidupnya sebagai sebuah cerita. Setiap orang adalah penutur cerita.
Dalam tradisi agama, kesadaran akan Tuhan telah menjadi sumber energi kreatif manusia. Kesadaran membentuk cara pandang, menjadi sumber inspirasi dan kreativitas yang tak ternilai. Spiritualitas menolong manusia memiliki tatanan dan harmoni, membentuk struktur dan cara pandang hidupnya. Dengan pengetahuan, imajinasi dan keterampilan, manusia menyusun cerita hidupnya.
Kitab Suci Sebagai Buku Cerita
Menurut Andar Ismail, lewat tulisan pada back-cover buku Nico Ter Linden berjudul "Cerita itu berlanjut", isi Alkitab sebenarnya bukanlah khotbah. Isi Alkitab sebenarnya sebuah cerita. Nico Ter Linden menarasikan cerita lama untuk generasi zaman ini. Sebagai cerita, teks selalu berada dalam konteks sejarah, budaya, dan sosial tertentu. Namun ada yang tidak berubah, cerita kitab suci ditulis untuk membangun motivasi, pengajaran, kesadaran ilahi, konsep diri, tujuan hidup dan sebagainya.
Dalam buku "Yesus Sang Anak Manusia ”, Kahlil Gibran merekonstruksi tokoh-tokoh Perjanjian Baru. Cerita Kahlil Gibran bergerak lebih luas dari narasi Alkitab, tetapi tidak keluar dari semangat penulisan. Melalui novel tersebut, tokoh seperti Kayafas, imam muda dari Kapernaum, Maria Magdalena, hingga 77 tokoh menceritakan pandangannya tentang Yesus. Tokoh-tokoh sejarah tersebut pernah ada, tetapi narasi sepenuhnya imajinasi Gibran di abad 20. Kita meninjau akurasi sejarah, tapi bukan untuk maksud itu novel ditulis. Novel ditulis sebagai energi inspiratif manusia. Bagi Gibran, daya imajinasi melampaui bukti-bukti sejarah. Kejadian yang bisa terjadi sekarang dan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.