28.6.10

Mengenang Christina Joliesbeth Anette Mandang

Data ini kami dapat dari milist PKR (Perkemahan Karya Remaja), untuk mengenang Christina Mandang yang Tuhan perkenankan untuk mengalirkan berjuta Karya Pujian Gerejawi di Indonesia. Dari redaksi mengucapkan selamat menyimak...

Christina kini dikenal sebagai satu-satunya pemusik orgel pipa Indonesia yang meraih gelar master of music. Pada usia 30 tahun ia memperoleh gelar itu dari Royal Conservatoire Den Haag, Belanda.
 Kepiawaiannya memainkan orgel pipa mengantarnya melanglang buana, menyelenggarakan
konser di beberapa negara di Eropa. Di Indonesia, ia menunjukkan bakat bermusiknya dengan mengiringi konser musik gereja seperti Gaudete dan Messiah. Pada awal Maret lalu pengajar musik gereja di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta itu mendapat kehormatan membawakan dua lagu, membuka konser profesor musik asal Jerman, Burkard Schliessman.

Awal Karier
Pribadi yang cuek, itu kesan yang muncul ketika pertama kali menemuinya. Rambutnya dipotong pendek. Ia mengenakan kemeja hitam dan jelana jins ketika ditemui di kantornya di STT Jakarta. Perempuan kelahiran 15 Februari 1972 itu menuturkan, bermain orgel pipa berbeda dengan organ biasa. Memainkan orgel pipa membutuhkan keahlian khusus, terutama dalam menyentuh tuts dan cara menghasilkan bunyi.

"Orgel pipa alat musik yang menarik. Pemusik yang menentukan suara yang akan ditimbulkannya. Pemain harus memikir- kan bunyi yang ingin dihasilkan. Berbeda dengan organ, teknologi mesinlah yang memainkan musik," ujarnya.
Kecintaan pada orgel pipa mengantar langkahnya melanjutkan kuliah ke Negeri Kincir Angin, mewujudkan impian untuk serius mempelajari orgel pipa. Atas usul guru dan idolanya, Pendeta Van Dop, ia memilih Konservatori Rotterdam, Belanda. Pilihan yang tepat, mengingat gereja Indonesia banyak mengadaptasi lagu-lagu gereja Belanda.

Belanda pula yang menjadi awal perjalanan karier musiknya. Setengah tahun di Rotterdam, ia bekerja sebagai pemusik gereja di sebuah gereja Katolik. Selama sembilan tahun ia menjadi pengiring musik gereja, yang cukup mampu membayarnya sebagai tenaga profesional. Ia bahkan sempat berkonser di beberapa kota di Belanda. Kembali ke Jakarta, ia bersama Virtuoso Choir mengadakan konser orgel pipa perdananya, berjudul Gaudete in Domino.

"Harapan saya akan semakin banyak orang tertarik menggeluti orgel pipa," kata Christina, yang juga mengajar orgel pipa. Kini ia mempunyai delapan anak asuh dari Jakarta dan Bandung untuk dididik menjadi pemusik orgel pipa profesional. Musik gereja seolah memang sudah menjadi panggilan hatinya. Ia merindukan jemaat gereja dapat beribadah dengan benar, didukung penyelenggaraan musik gereja yang baik. Untuk mewujudkannya, Christina kerap membekali pemusik gereja dengan memberikan seminar atau lokakarya tentang musik gereja, hymnology, cantorship, dan paduan suara.

Pengetahuan dan keahliannya dalam bidang musik gereja bahkan membuat teman-temannya menjulukinya sebagai penerus Van Dop. Saat ini Christina menjabat sebagai Koordinator Musik Gereja Yayasan Musik Gereja (Yamuger). Bersama Yamuger, ia menelurkan jilid pertama dari 12 seri Mari Mengiringi. Dalam buku itu terdapat 15 lagu Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) aransemen Christina. Beberapa edisi lain sedang ia persiapkan, di antaranya edisi lagu-lagu saat teduh, ibadah gereja, dan Natal.

Musik Gereja
Bicara tentang musik gereja, Christina menyesalkan banyak gereja yang menyelenggarakan musik tanpa mempersiapkan lagu dengan baik. Terkesan asal main, tanpa penguasaan bermusik yang baik. "Lagu yang dinyanyikan itu-itu saja, padahal lagu-lagu gereja Indonesia sangat kaya dan beragam, dari bermacam jenis musik mulai abad pertengahan hingga sekarang," katanya. Musik gereja dapat dimainkan dengan berbagai macam alat musik, tidak hanya dengan organ atau piano. Musik gereja bisa dimainkan dengan iringan suling, drum, dan lainnya. Esensi musik gereja, menurut Christina, adalah untuk beribadah, bukan sebagai pertunjukan musik atau sekadar menunjukkan bakat. Sering kali pengiring musik gereja (pemain musik dan pemimpin pujian) hanya memikirkan teknis cara bermusik, tetapi lupa sedang melayani Tuhan dan jemaat.

Secara spiritual, pengiring musik gereja berfungsi mendukung jemaat untuk beribadah. Pengiring musik gereja memiliki tugas membangun suasana ibadah sesuai tema. Memilih lagu ibadah harus sesuai dengan suasana yang ingin dibangun. "Apakah itu khusyuk, tenang, atau gegap gempita," ia mencontohkan. Bagi Christina yang aktif melayani di GPIB Paulus itu, pengiring musik gereja bertindak sebagai perantara antara Tuhan dan jemaat. Melalui musik yang dinyanyikan, ia mewartakan Kabar Baik kepada jemaat sekaligus membawa jemaat mengucap syukur kepada Tuhan. Musik gereja mendukung jemaat.

Nama Lengkap: Christina Mandang
Situs web: http://christinamandang.wordpress.com/                                    ath/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.