Kematian seseorang pasti tak terhindarkan. Bahkan beberapa orang yang menyadari kematiannya telah mendekat, bertanya-tanya bagaimana cara dan suasana ritual kematiannya kelak? Berbagai perencanaan pun diatur agar kematiannya berkesan elegan atau penuh penghormatan. Dari mulai tempat pemakaman hingga tempat di mana ia mati bahkan bagaimana posisi saat mati nanti. Persiapan-persiapan yang dilakukan sah-sah saja bahkan tidak ada salahnya. Namun semua terjadi atas perwujudan dari kehendak Illahi, bukan kehendak kita atau keluarga atau kerabat kita sendiri. Namun sebenarnya ke-elegan-an suatu kematian, tidak memerlukan proses perencanaan tersebut karena, hal itu semua dapat tergapai dengan melakukan kehendak Allah di kehidupan ini.
Perlakuan terhadap Jenazah Christina Mandang, mencerminkan perjalanan hidupnya. Boleh saja kematiannya dipandang sebagai peristiwa tragis. Namun penghormatan dalam Tuhan terhadap jenazah dan karya-karya yang ditinggalkan dpat membantu dengan mudah untuk kita memaafkan peristiwa kematiannya. Perlakuan terhadap Jenazah Christina, menunjukan apresiasi tinggi dari Tuhan dan umattnya. Dan tidak berlebihan tentunya, bila kita mencermati bentuk penghargaan yang sangat tersurat dan tersirat dari kisah yang tayangkan Penatua John FoEh, melalui milis Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat. Silahkan menyimak :
Rekan-rekan,
Jam 14 tadi kami sdh mengunjungi tempat perawatan jenasah saudara kita Christina Mandang. Ada banyak permintaan kami tentang jenasah dan syukur sekali bisa dipenuhi panitia. Saat ini ditangani langsung Ketua Panitia Dr. Richard van Houten dan Sekjen World communion of Reformed Churches atau WCRC , Rev. Dr. Setri Nyomi. Kami sangat besyukur atas pelayanan, perhatian yang begitu luar biasa dari panitia dan kelompok pemusik internasional di mana Christina bergabung. Mereka mengadakan ibadah khusus tadi pagi jam 11 dengan sangat hikmat. Slides CM diputar dan semua acara direkam panitia dan akan saya sampaikan kepada keluarga setibanya di Jakarta. Peserta dan delegasi Indonesia dari 28 gereja juga penuh perhatian membantu. Dan dari ibadah tadi tercuat bahwa perwakilan WCRC juga akan menghadiri pemakaman di Jakarta.
Saat ini warga Indonesia yang masih tinggal sekitar 10-an orang dan besok 7 akan berangkat, sehingga yang tertinggal nanti adalah saya, Pdt. Rudi Ririhena yang akan berangkat ke Maryland tgl 29. Perkiraan sementara, jenasah akan diberangkatkan Selasa atau Rabu depan bersama saya ke Jakarta. Bila lewat dari itu maka saya akan duluan kembali dan Panitia hanya akan menunggu pengangkutan oleh Airline yang terpendek jalurnya. Doakan agar semuanya berjalan lancar. Koordinasi kami dengan keluarga di Jakarta sangat intensif, termasuk rencana pemakaman dan tempat persemayaman di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta, serta ibadah pelepasan dari GPIB Paulus. Saran, masukan teman-teman berdasarkan pengalamannya di USA sangat kami harapkan. GBU.
Terima kasih atas Doa dan Perhatian teman-teman di tanah air maupun di USA.
Salam kasih,
Demikian guratan singkat seorang Penatua John FoEh, langsung dari Michigan. Kiranya setiap karya dan pola laku Tuhan yang pernah ada dalam kehidupan Christina Mandang dapat ter adopsi demi hormat dan kemuliaan Nama TuhanYesus. Pnt. John FoEh/ath/konstantin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.