16.7.10

Alam Kita, Lingkungan Hidup


Rasa senang yang senantiasa menguasai para penyuka keindahan alam, tak akan  terukur dan tergambarkan saat mereka ada di tengah-tengah alam lepas. Paling tidak itulah yang biasa terungkap pada sebagian petualang alam bebas. Baik itu penjelajah rimba, pemanjat tebing, penelusur goa, penyelam laut atau pun juga pengarung sungai. Namun sadar atau tidak kegiatan pengenalan alam yang atraktif dan menantang itu, hanya sebagian kecil dari alam yang kita kenal.

Pada satu masa, saya pernah berada di tengah-tengah kelompok penjelajah rimba selama bertahu-tahun. Bahkan pernah juga saya menjadi kelompok pendiri perkumpulan para penjelajah rimba. Dan melalui tulisanini, tanpa mengurangi hormat terhadap “almamater” saya dan kelompok sejenisnya, saya ingin menyampaikan bahwa segala yang pernah Tuhan berikan melalui berbagai pengalaman penelusuran alam terbuka itu, seharusnya justeru membuka mata kita sebagai manusia untuk membenarkan bahwa sesungguhnya alam tidak sebatas lingkungan liar yang belum terjamah, atau sekedar lingkungan liar yang jarang terjamah dan juga bukan sekedar lingkungan observasi alam saja.

Banyak model alam-alam yang layaknya kita insyafi keberadaannya sebagai bagian yang berdampak terhadap banyak orang. Kepelbagaian bentuk-bentuk alam itu ternyata juga harus disadari sebagai pihak juga membutuhkan cinta dan kasih sayang manusia. Tepatnya dari manusia yang sebenarnya juga adalah bagian dari alam itu sendiri. Pada dasarnya, beberapa artikel dan buku-buku pernah memaparkan bahwa alam ini memiliki banyak bentuk dan dimensi yang senantiasa bergulir sebagai akibat dari keterkaitan unsur-unsur yang saling mengait itu. Dan di sinilah kesadaran akibat keterkaitan gerak itu yang menjamin terjaganya keadaan alam yang sebenarnya memproduksi gerakan semacam system kerja. Dalam kesadaran menginsyafi keterkaitan itu, manusia sebaiknya menangkap adanya isyarat bahwa keseimbangan yang berkesinambungan sangat ditentukan keberadaan masing-masing benda atau makhluk hidup sebagai unsur alam itu.

bila mata hati kasih terbuka jelas maka, benda dan makhluk hidup itu akan terlihat utuh sebagai unsur unsur yang saling mempengaruhi dalam fungsi dan wewenangnya masing-masing. Dengan keberadaannya itu, maka segala kegiatannya akan tampak mendorong gerak kehidupan system yang lebih besar lagi yaitu jagad raya. Jagad raya yang diperkenalkan oleh pengetahuan yang terbatas kita itu, sementara ini adalah alam luas yang berisi planet-planet dan seterusnya. namun tetap saja, ruang besar yang belum terukur dengan pastu tersebut, juga menunjukan suatu keteraturan system bagi kehidupan seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Dan pasti! apabila setengah unsur saja mengalami kerusakan maka, system yang banyak unsur itu akan terpengaruh. Dan pengaruh itu bukan hanya terjadi bagi system itu, namun juga mempengaruhi tiap-tiap unsurnya secara perlahan. Sebab itu, setiap kerusakan unsur harus memiliki pengganti yang memiliki fungsi yang sama dalam system kehidupan ini.

Dalam kehidupan manusia sendiri sebagai unsur, manusia mengenal bentuk-bentuk alam seperti yang kebanyakan manusia kenal. Mungkin saja bentuk-bentuk alam tersebut adalah produksi subyektif manusia yang misalnya bisa kita sebutkan; Alam pikiran; yaitu alam yang dibentuk dari pikiran manusia. Kemudian Alam Baka atau Alam Fana; yaitu alam yang tergapai setelah menyudahi kehidupan saat ini. Kemudian alam hayal; yaitu alam yang terbentuk dari hasil lamunan. Selanjutnya ada alam mimpi dan alam-alam lainnya. Lucunya alam-alam ini begitu menarik sebagai objek pembentukan kehidupan yang katanya berkualitas. Itulah mengapa banyak kelompok-kelompok manusia yang berbondong-bondong meraih untuk mencapai standard kwalita hidup.

Padahal, dalam kenyataan hidupnya, peranan manusia memiliki wewenang dan fungsi yang tertera dalam perintah Illahi yang seharusnya diberbondong-bondongkan. Alam yang kini seperti tanpa harapan menjadi begitu jelas, sangat mengharapkan peranan maksimal manusia. Alam manusia yang digambarkan banyak keimanan di muka bumi ini, sebenarnya lebih mengarah pada yang tidak mengawang ataupun yang menerawang. karena banyak keimanan yang memiliki kesamaan dalam memandang keberadaan alam. yang bisa saja salah satunya ingin memberikan gambaran sebagai alam yang bisa dirasakan manusia, yang bisa dilihat manusia dan yang bisa dicintai manusia. Dalam kehidupan keseharian, manusia memiliki alamnya yang dikenal dengan sebutan Lingkungan Hidup. Dan lingkungan hidup ini adalah alam yang dipinjamkan Sang Illahi untuk bergantungan manusia dalam menjalani kehidupan nyatanya.

Manusia memiliki titah Illahi untuk Menguasai, Mengusahakan dan memelihara. Titah mutlak itu sudah sewajarnya dijadikan fungsi keberadaan manusia di tengah alam untuk menyelamatkan alam sebagai ungkapan kasih sayang yang sesungguhnya. Menguasai adalah wewenang yang bermuatan arti memiliki sesuatu yang lebih dibanding makhluk atau benda yang adalah juga unsur dari alam ini. Itulah sebabnya, menguasai harus dimanfaatkan untuk yang kebaikan system alam ini, lantaran menguasai bukan berarti kesemena-menaan terhadap sesama unsur alam atau makhluk hidup dan benda-benda lain. Memeliharapun bukan hanya berarti memiliki tapi juga berarti merawat, menjaga, bahkan melindungi dengan rasa sayang. Demikian juga dengan Mengusahakan yang berarti melakukan kegiatan, yang bisa berakibat lebih baik dari sebelumnya. Dan lebih baik tersebut adalah lebih baik bagi kehidupan bukan hanya sebatas bagi kehidupan manusia.

Lingkungan Hidup merupakan alam nyata manusia dalam hidup yang selalu akan sangat mudah kita kenal sebagai alam nyata. Lingkungan Hidup kita adalah lingkungan alam seperti yang Tuhan ciptakan yang tergambarkan dalam pelbagai versi kitab-kitab pengajaran keimanan. Dan selayaknya kita sadari bahwa, lingkungan hidup tanpa daratan, tanpa lautan, tanpa langit tanpa Binatang di darat, tanpa Binatang di laut, tanpa Binatang di udara, tanpa pepohonan, dan tanpa manusia, bukanlah Lingkungan hidup selayaknya alam yang pernah Tuhan ciptakan. Maka, Menguasai, Memelihara dan Mengusahakan yang kita lakukan adalah untuk alam kita, yaitu Lingkungan Hidup. Dan hendaknya semua tidak bertujuan memperpanjang usia bumi dan keberadaan alam di sekitar manusia, tapi untuk manusia lainnya. Karena dengan Menguasai, Memelihara dan Mengusahakan untuk manusia lain, manusia lain akan menyadari dan akan mengerti bahwa ajaran Kebenaran dari Sang Khalik adalah tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi juga sesama manusia yang adalah sesama ciptaan demi hormat dan kemuliaan Nama Tuhan.                          Oleh : Pnt. Argopandoyo/konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.