20.7.10

Ramuan Anti Alergi

Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa masyarakat primitif juga mengalami alergi. Tentunya masyarakat tradisional yang dimaksud adalah masyarakat tradisional di berbagai belahan dunia. Kalau memang  bicara masyarakat dunia berarti juga termasuk masyarakat di Indonesia tentunya. Oleh sebab itu, ada cara-cara tradisional yang sering digunakan untuk mengatasi alergi.

Beberapa hal yang biasa kita kenal seperti jahe, cuka beras putih,dan gula merah bisa menjadi ramuan anti alergi. Kita bisa mencobanya dengan meramu; 15 gram jahe, 30 cc cuka beras putih, juga gula merah secukupnya, direbus bersamaan dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc. Saring airnya dan siap untuk diminum, sehari sekali.

Dan untuk alergi yang menyerang hidung dan menimbulkan pilek atau bersin-bersin, kita dapat meramu : 7 lembar daun yang disebut daun sambung nyawa, kemudian 30 gram sambiloto segar yang direbus dalam 500 cc, didihkan hingga air tersisa 200 cc. kemudian air tersebut disaring dan diminum hangat-hangat. Atau daun lidah buaya secukupnya, dikupas kulitnya lalu dibuat jus. Teteskan jus lidah buaya ke dalam hidung sebanyak 3 tetes dengan menggunakan pipet.

Kemudian ramuan anti alergi yang menyerang kulit dan menimbulkan gatal atau  eksim. Kita bisa membuat ramuan tradisional berupa sambiloto segar secukupnya kemudian kunyit segar secukupnya juga belerang. Semua ditumbuk hingga halus, lalu dioleskan pada bagian kulit yang terkena alergi. Begitu juga dengan daun ketepeng yang china segar. Dengan secukupnya dihaluskan lalu dioleskan pada bagian kulit yang terkena alergi.

Jika alergi menyerang paru-paru yang mengakibatkan asma dapat para masyarakat tradisional biasa menggunakan 10 kuntum bunga kenop sebanyak 10 sampai 15 gram jahe, yang direbus dengan 500 cc air hingga menyisakan 250 cc air. Airnya disaring lalu diminum samasih hangat. Atau juga menggunakan 30 gram daun pegagan dan 10 gram bawang putih yang direbus bersamaan dalam 500 cc air, hingga tersisa sabnyak 250 cc. kemudian air tersebut disaring dan diminum hangat-hangat.

Demikian sebagian ramuan yang dituliskan Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma Semua rebusan ramuan tradisional tersebut harus lakukan dalam panci enamel atau periuk tanah. ath /konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.