31.7.10

Bersyukur dalam Perbedaan

Oleh : Pnt. Argopandoy
Sebagai bagian masyarakat bangsa ini, pada banyak situasi dan kondisi, rasa tidak menguntungkan sangat nyata. Ancaman dalam hidup terasa lebih besar ketimbang rasa terlindungi. Memang banyak hal yang bisa memicu hadirnya masalah seperti ini dalam kehidupan kita. Sedangakan
harapan yang kita letakan pada tata aturan yang berlaku, justeru mencelikan mata bahwa penatalaksanaan aturan yang seharusnya bisa menuntun hidup tertib itu, justeru tidak bergulir sebagaimana yang kita harapkan.

Dari beberapa peristiwa yang terjadi, baik yang diberitakan media masa bahkan yang langsung kita alami, pelaksana tata aturan yang ada ternyata lebih melihat kedekatan-kedekatan. Misalnya kedekatan dari kesamaan golongan, kesamaan kelompok atau kesamaan Komunitas. Kedekatan-kedekatan itu, pada masa beberapa tahun yang lalu pernah ada ungkapan, yang dekat "Papi atau Babe" pasti aman dan menang. Saat ini memang, istilah papi dan babe sudah tidak menggaung, namun ter-transformasi-kan dalam kedekatan berdasarkan sama darah, sama kulit dan sama agama.

Dan kedekatan berdasarkan semua itu, tentunya bertujuan untuk menggapai yang diinginkan dengan mudah. Dalam dunia kerja, tidak sedikit yang mengedepankan, ras, keimanan dan etnik yang sengaja atau tidak akan berakibat counter attack yang sama terapan. Tidak mengherankan lagi, bila telah banyak instansi A mengumpulkan banyak etnik, ras, dan kepercayaan ini dan perusahaan B mengumpulkan etnik, ras, dan kepercayaan itu. Memang, kedekatan dan keeratan berdasarkan etnik, ras, iman, dan golongan bukanlah suatu kesalahan. Namun menutup diri terhadap etnik, ras, iman, dan golongan yang berbeda adalah tindakan yang perlu perbaikan nyata.

Bukan hanya pada masyarakat luas, masyarakat Kristen di Indonesia pun masih banyak yang menutup diri bahkan juga mencurigai yang bukan Kristen. Bahkan tidak jarang menganggap sesama sebagai yang dinajiskan, dengan alasan karena orang lain tidak dekat dengan Tuhan. Mungkin saja hal tersebut terdorong dari anggapan bahwa, surga hanya untuk yang dekat Tuhan saja. Bukankah hal ini menunjukan otoritas Tuhan yang dikorupsi? Namun, tanpa bermaksud mengangkat debat kusir tentang kebenaran anggapan tadi, kita patut menyadari, peranan hidup kekristenan dalam lingkungan rutin kita beraktifitas. Kerja atau pelayanan yang kita geluti saat ini tentunya dapat menyadarkan kita bahwa, Tuhan menginginkan kita untuk melakukan yang ada, sebagai ungkapan syukur.

Melakukan yang ada didepan mata sebagai ungkapan syukur, bukanlah hal baru dalam pengajaran Kristen. Dari mulai rutinitas sampai pada acara-acara khusus. Tentunya semua dilakukan bukan bertujuan untuk kepentingan etnik, ras, iman, dan golongan. Namun lebih itu adalah untuk kepentingan bersama, dengan sesama manusia dari etnik, ras, iman, dan golongan yang lain dengan kita. Karena kehidupan Kristen bukanlah kehidupan yang membedakan keberadaan etnik, ras, iman, dan golongan. “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani...” demikian yang dikatakan Rasul Paulus dalam Kitab Roma 10 ayat 12. Tentunya kita bisa mengartikan tidak ada perbedaan pada manusia sekalipun memiliki perbedaan mendasar melalui etnik, ras, iman, dan golongan. konstantin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.